Seiring berjalannya waktu, dan banyaknya kesibukan yang mendera, mau tak mau harus ada banyak hal dalam hidup yang memang sudah waktunya hilang dan berganti dengan yang baru. Sedih, memang, kalau terus-terus dipikirkan. Kehilangan sebuah masa yang begitu indah untuk dilupakan.
Namun, rasanya juga sudah tak pantas lagi kalau usia sudah segini, tapi kelakukan masih begitu-begitu. Namun tak mengapa, namanya juga rindu. Sah-sah saja. Dan berikut, beberapa hal yang akan hilang darimu ketika menginjak usia 30an.
“Tapi aku mau main sama teman-teman, Ma, Pa.” Begitu kan, biasanya kamu membalas?
“Nanti. Tidur dulu, baru boleh main!” Kalau ini jawaban orangtua, kamu bisa apa?
Masa kecil, seperti tiada hari tanpa tidur siang. Padahal, malam pun tidurnya juga cepat. Jam 9 itu udah maksimal. Sekarang, ketika semakin beranjak menua, hal itu hilang sudah. Tak ada lagi tidur siang. Bagaimana mau tidur siang kalau istirahat kerja hanya mulai jam 12 siang sampai jam 12:30 siang? Bagaimana mau tidur jam 9 malam kalau kerjaan yang belum kelar melambai-lambai, ngajakin lembur?
“Cukup kok Bu.”
“Lauknya mau pilih yang mana: telur, tempe, tahu, abon, daging ayam?”
“Tempe sama abon aja, Bu.”
Masih terngiang enggak, percakapan semacam itu? Aduh, jadi terenyuh dan menitikkan air mata nih kalau kembali mengingatnya. Tapi beneran deh, hari ini kamu pasti kangen diperlakukan demikian sama ibu. Kalau kamu yang masih serumah, masihlah bisa bersyukur. Setidaknya, masih bisa mencicipi makanan ibu. Tapi kalau yang merantau nun jauh di sana, cuma bisa mendengar ibu lewat suara? Waduh, pasti ampun-ampunan itu kangennya.
Kini, ulang tahunmu tak akan begitu lagi. Semuanya tak akan sama. Orangtuamu dari kejauhan mungkin hanya mengucapkan melalui telepon, beserta doa-doa. Sementara yang membawakan kue beserta lilin-lilin sudah berganti orang. Bisa jadi, ia pasanganmu.
Pada jaman itu, hal yang populer di mata anak-anak adalah sahabat pena. Di mana mereka bisa saling berkirim surat yang berisi saling bertanya kabar dan keadaan, satu sama lain. Untuk yang bukan generasi 90-an ke bawah, dan sedang membaca poin ini, sepertinya tak perlu dilanjutkan. Karena pasti tidak make sense.
Wahai kalian yang merasakan indahnya sahabat pena, masih ingatkah kenangan itu? Apakah dari kalian ada yang masih berkomunikasi dengan mereka? Tahukah mereka sekarang sibuk apa, atau sudah jadi apa?
mu bisa menonton film kartun sepuasnya. Bisa download semuanya. Tapi, nontonnya sendiri. Tiada lagi keceriaan dan kebersamaan bersama teman-teman sebagaimana dahulu kala.
“Bu, aku mau tas yang ada gambar sailormoon.”
“Bu, aku mau sepatu yang merk ATT.”
Dan banyak lagi.
Dulu waktu kecil, rasanya senang sekali kalau bisa punya tas, buku, sepatu, yang modelnya seperti teman-teman yang lain. Gambarnya mungkin tak sama, tapi setidaknya, dengan kesamaan model, bisa jadi bahan perbincangan bersama teman-teman. Rasanya pun lebih pede kalau jalan bareng saat istirahat.
Mendengar hal itu, tentu kamu akan menuruti. Lalu belajar sampai pukul 9 malam. Setelahnya, tidur.
Momen semacam itu sekarang tak bisa lagi kamu peroleh. Kenangannya masih saja terus menempel. Hanya bisa dikenang dan dikenang saja. Hari ini pun, pasti akan engkau rindukan berpuluh-puluh tahun kemudian. Jadi, agar hari ini tak berlalu begitu saja, nikmatilah, sob!
1. Tidur siang dan istirahat yang cukup adalah kebiasaan masa kecil yang asik.
“Pulang sekolah, jangan ke mana-mana!” kata orangtua.“Tapi aku mau main sama teman-teman, Ma, Pa.” Begitu kan, biasanya kamu membalas?
“Nanti. Tidur dulu, baru boleh main!” Kalau ini jawaban orangtua, kamu bisa apa?
Masa kecil, seperti tiada hari tanpa tidur siang. Padahal, malam pun tidurnya juga cepat. Jam 9 itu udah maksimal. Sekarang, ketika semakin beranjak menua, hal itu hilang sudah. Tak ada lagi tidur siang. Bagaimana mau tidur siang kalau istirahat kerja hanya mulai jam 12 siang sampai jam 12:30 siang? Bagaimana mau tidur jam 9 malam kalau kerjaan yang belum kelar melambai-lambai, ngajakin lembur?
2. Sekarang, sudah tak ada lagi berangkat dengan tas berisi bekal makan siang dari ibu.
“Nasinya segini cukup enggak? Atau kebanyakan?” kata Ibu, puluhan tahun silam.“Cukup kok Bu.”
“Lauknya mau pilih yang mana: telur, tempe, tahu, abon, daging ayam?”
“Tempe sama abon aja, Bu.”
Masih terngiang enggak, percakapan semacam itu? Aduh, jadi terenyuh dan menitikkan air mata nih kalau kembali mengingatnya. Tapi beneran deh, hari ini kamu pasti kangen diperlakukan demikian sama ibu. Kalau kamu yang masih serumah, masihlah bisa bersyukur. Setidaknya, masih bisa mencicipi makanan ibu. Tapi kalau yang merantau nun jauh di sana, cuma bisa mendengar ibu lewat suara? Waduh, pasti ampun-ampunan itu kangennya.
3. Merayakan ulang tahun bareng ayah, ibu, kakak, atau adik. Lalu memakai gaun dan topi pesta, diiringi badut-badut yang bertingkah konyol.
Masih ingatkah bagaimana bahagianya orangtua merayakan ulang tahunmu, teman-temanmu datang membawa kado yang dibungkuskan oleh orangtua mereka masing-masing, kamu memakai baju rapi, wangi, kue juga sudah tersaji, bersama lilin-lilin yang menghiasi.Kini, ulang tahunmu tak akan begitu lagi. Semuanya tak akan sama. Orangtuamu dari kejauhan mungkin hanya mengucapkan melalui telepon, beserta doa-doa. Sementara yang membawakan kue beserta lilin-lilin sudah berganti orang. Bisa jadi, ia pasanganmu.
4. Menciumi adik sepuasnya, mencubiti hingga teriak, dan menggelitiki sampai ngompol, tak bisa lagi dilakukan sekarang.
Kamu semakin menua, dan adik-adikmu sudah besar. Masa menyenangkan bersama mereka hanya ada dalam kenangan. Hari ini, kamu sudah tak bisa lagi menciumi mereka sepuasnya, mencubiti hingga teriak, dan menggelitiki sampai terkencing-kencing.5. Berkirim surat kepada sahabat pena, dan sekarang kamu tak tahu lagi ia kemana.
Jaman di mana surat-menyurat masih umum, berkirim surat adalah komunikasi alternatif yang bisa diandalkan. Komunikasi utama tentu tetaplah telepon. Namun karena harus pergi ke wartel, dan biayanya pun juga mahal, banyak orang yang menghindari hal ini dan memilih berkirim surat saja. Telpon hanya dipilih jika memang betul-betul mendadak.Pada jaman itu, hal yang populer di mata anak-anak adalah sahabat pena. Di mana mereka bisa saling berkirim surat yang berisi saling bertanya kabar dan keadaan, satu sama lain. Untuk yang bukan generasi 90-an ke bawah, dan sedang membaca poin ini, sepertinya tak perlu dilanjutkan. Karena pasti tidak make sense.
Wahai kalian yang merasakan indahnya sahabat pena, masih ingatkah kenangan itu? Apakah dari kalian ada yang masih berkomunikasi dengan mereka? Tahukah mereka sekarang sibuk apa, atau sudah jadi apa?
6. Nonton kartun minggu pagi. Padahal di rumah sendiri ada televisi, tapi memilih di rumah seorang teman demi biar bisa ngumpul bareng yang lain.
Di jaman itu, jaman di mana bermain di dunia nyata itu lebih asik, nonton film kartun di hari minggu memang paling enak dilakukan di rumah salah seorang teman. Ngumpul di sana, lalu ketika semua kartun sudah selesai ditonton, lanjut main petak umpet, kelereng, gobak sodor, dan permainan-permainan lainnya.mu bisa menonton film kartun sepuasnya. Bisa download semuanya. Tapi, nontonnya sendiri. Tiada lagi keceriaan dan kebersamaan bersama teman-teman sebagaimana dahulu kala.
7. Tas, buku, sepatu, ingin sekali memiliki model seperti teman-teman yang lain. Sekarang? Malu dong, masa samaan!
“Bu, aku mau buku yang gambar Dragon Ball.”“Bu, aku mau tas yang ada gambar sailormoon.”
“Bu, aku mau sepatu yang merk ATT.”
Dan banyak lagi.
Dulu waktu kecil, rasanya senang sekali kalau bisa punya tas, buku, sepatu, yang modelnya seperti teman-teman yang lain. Gambarnya mungkin tak sama, tapi setidaknya, dengan kesamaan model, bisa jadi bahan perbincangan bersama teman-teman. Rasanya pun lebih pede kalau jalan bareng saat istirahat.
8. Tidur sekamar bareng kakak atau adik, tendang-tendangan hingga berantem rebutan guling mungkin memang menyesakkan saat itu. Tapi kalau diingat lagi hari ini, rasanya ingin kembali mengulangnya.
Mungkin hari ini kamu bisa tidur di kasur yang lebih empuk, bantal yang lebih tebal dan selimut yang bulunya lebih lembut. Namun rasa bahagia yang kamu rasakan tak akan seperti dulu, saat di mana kamu bisa berbagi kasur dengan adik dan kakak, tendang-tendangan, bahkan sampai berantem hanya demi guling, bantal atau selimut.9. Setiap malam, memasukkan buku-buku ke dalam tas, sesuai jadwal pelajaran. Lalu belajar dan ditungguin oleh ibu.
“Setelah maghrib, jangan lupa menjadwal buat besok, lalu belajar.” Begitu kan, biasanya ibu memberi nasihat?Mendengar hal itu, tentu kamu akan menuruti. Lalu belajar sampai pukul 9 malam. Setelahnya, tidur.
Momen semacam itu sekarang tak bisa lagi kamu peroleh. Kenangannya masih saja terus menempel. Hanya bisa dikenang dan dikenang saja. Hari ini pun, pasti akan engkau rindukan berpuluh-puluh tahun kemudian. Jadi, agar hari ini tak berlalu begitu saja, nikmatilah, sob!